Laman

Minggu, 14 Juli 2013

Kesadaran

Oleh: Mukhlas Nugraha
 
Kegiatan belajar tidak pernah lepas dari tugas-tugas yang diberikan oleh guru, baik itu di sekolah maupun di bangku perkuliahan. Seperti review buku, artikel, makalah atau bentuk tugas lainnya. Hari ke hari otak kita selalu diajaknya berbicara, di saat berjalan, duduk, berdiri, bahkan di atas kendaraan sekalipun. Akibatnya tidur malampun telat. Barangkali ada sebagian kita terbesit hatinya perasaan mengeluh untuk mengerjakan tugas. Mengeluh adalah perasaan yang semestinya tidak muncul dalam hati si murid, tapi siapa sangka perasaan ini sering muncul di hati para pelajar/ murid. Kemungkinan ini bisa terjadi ada beberapa sebab; terlalu banyak tugas sehingga bingung mana yang didahulukan untuk dikerjakan, tugas itu susah untuk dikerjakan, atau malas bisa juga jadi faktor penyebabnya.
Tapi tahukah kita bahwa tugas yang diberikan oleh guru/dosen itu akan membawa perubahan pada diri kita. pernahkah kita mengukur perubahan itu pada orang lain atau diri kita sendiri? Ada kata Bijaksana yang perlu diingat: “ingin menjadi orang besar, maka harus melewati rintangan yang besar pula”. Artinya, jika kita ingin menjadi diri yang “besar”, kita harus sanggup menghadapi dan menyelesaikan tugas-tugas berat yang diberikan oleh guru/dosen kepada kita. Meskipun terkadang kita hampir atau tidak sanggup untuk mengerjakannya. Tapi, dengan terbiasa melakukan rintangan-rintangan yang besar dalam belajar itu, Walhasil, manfaatnya adalah kita tidak begitu susah dan mengetahui metode untuk menghadapi tantangan besar kedepannya”.
            Sekarang, apabila kita melihat diri kita dengan para ulama Islām, kita bukanlah bandingannya. Tugas yang diberikan oleh guru/dosen yang saat ini kita anggap berat, itu belumlah seberapa dengan tugas yang diberikan oleh mereka (para ulama) pada masanya. Mereka, para ulama sudah terdidik dan terbiasa diberikan oleh gurunya tugas-tugas yang berat (menjawab persoalan ummah), hal ini menjadikan mereka diri yang besar. Di samping dari tujuan menuntut ilmu, kaedah pembelajaran, atau kurikulum yang diterapkan yang menjadi faktor pula dalam mendidik mereka pada masanya.
Tapi dalam tulisan ini, saya melihat dari kacamata kegigihan dan ketidakmengeluhan mereka dalam belajar, hal ini bisa kita dapati karya-karyanya yang telah mereka ciptakan dengan puluhan bahkan ratusan kitab serta berjilid-jilid. Menulis hingga mencapai puluhan kitab itu bukanlah hal yang mudah, perlu kerja keras untuk mengerjakannya. Sedangkan kita apabila diperintahkan oleh dosen/guru kita untuk membuat artikel atau makalah dalam bentuk ilmiah hanya 10 lembar saja, susahnya gak “ketulung”. Ini menjadi PR bagi kita, ada apa dengan belajar kita dan sampai dimanakah kesungguhan kita dalam belajar. Kesulitan yang dihadapi dalam belajar adalah hal yang wajar. Setiap pelajar tentu akan mengalaminya. Tetapi dengan melewati kesulitan itu Insyā Allāh dengan terbiasa akan bisa melewatinya. Dan kesulitan ini juga harus disambut  dengan rasa senang, karena hal itu merupakan tantangan bagi kita untuk mengais masa yang cemerlang. Tantangan adalah pengalaman yang tak ternilai harganya untuk diri kita dan generasi berikutnya yang akan kita berikan.

Kuala Lumpur, sabtu, 22-06-2013