Laman

Jumat, 22 Februari 2013

Rintangan dalam Menuntut Ilmu


Oleh: Mukhlas Nugraha

Masih ingat film Habibie dan Ainun, ketika beliau (pak Habibie) ingin pulang ke rumah tetapi uangnya hanya tinggal beberapa sen euro lagi, sehingga kendaraan yang “ditumpanginya” tidak sampai ke rumahnya. Terpaksa ia berjalan berkilo-kilo meter di tengah malam hari dengan disertai turunnya salju putih sehingga ia menggigil kedinginan, lebih lagi sepatunya yang sobek di bawah jempol telapak kakinya, mengakibatkan kakinya lecet dan berdarah.

Dari kisahnya itu mengingatkan saya kembali perbincangan dan nasehat teman saya (kang Arif Munandar) kepada saya kira-kira dua bulan yang lalu 29 Desember 2012. Beliau berkata: “kesengsaraan dalam menuntut ilmu itu adalah hal yang biasa. Terkendala difinansial sehingga ia bekerja sambil menuntut ilmu, pagi belajar malam bekerja, bekerja untuk keperluan kuliah dan kehidupannya sehari-hari, hal itu baik tetapi belumlah “wah” baginya. Sebab banyak orang yang melakukan itu. Dan tak terhitung jumlahnya. TETAPI, orang yang bisa MELEWATI kesusahan dan rintangan itu, selanjutnya ia BERHASIL dalam studinya, maka itulah yang dikatakan “Luar Biasa”. Sebab kerja kerasnya dua kali lipat itu tidak sia-sia. Pertama, biaya kuliyah dan hidupnya sehari-hari bisa ia hadapi, dan kedua studinya berhasil . Dan ini jarang dimiliki setiap orang”.

Kisah pak Habibie bisa di jadikan Ibrah (pelajaran) bagi kita, bukan karena uang “receh” dan sepatunya yang “sobek” sebagai rintangannya, tetapi karena keberhasilan pak Habibie MELEWATI rintangan itu hingga akhirnya ia menciptakan karya yang luar biasa. Tak hanya kisah pak Habibie, ada banyak lagi kisah-kisah yang dapat menginspirasi kehidupan kita.